BoGaRiA
Tuesday, April 04, 2006 Jala-jalan ke Jambi

CARI HIDANGAN UNIK DI KOTA JAMBI

Sebelumnya Anda pasti tak menduga, Jambi punya segudang makanan unik. Sebagian mirip dengan hidangan Palembang. Sebagian lagi mirip masakan Padang. Toh, kekhususannya tetap ada. Setelah mencicipi semua masakan yang dijual di sana, jangan lupa cicipi juga rambutan goreng!

Burgo Sudi Mampir


Makanan khas Jambi ini sudah mulai sulit ditemukan. Salah satu yang masih bertahan menjualnya adalah Pak Ahmad Asbi (51 th). Sudah sejak tahun 70-an ia berjualan makanan ini.

Burgo terbuat dari campuran tepung beras dan sagu. "Biasanya saya pakai sagu tani," jelasnya.

Adonan tersebut lantas dibuat semacam dadar yang agak tebal, lalu digulung memanjang. Rasanya kenyal dimulut. Cara menyajikannya, burgo dipotong pendek-pendek, lalu disiram kuah santan yang gurih serta taburan bawang goreng.

Kuah santan dibuat dari kaldu udang dan ikan. Sehari ia mampu menjual hingga 50 porsi burgo. Menu inilah yang paling cepat habis di warungnya yang cukup sederhana yang dinamainya, "Sudi Mampir".

Selain itu juga tersedia nasi gemuk. Ini adalah nasi yang dimasak dengan santan, mirip nasi uduk di Jakarta. Teman makannya, teri goreng, suwiran telur dadar, kerupuk, kacang tanah goreng, serta sambal. Nah, sambal ini rasanya istimewa, mirip sambal saos yang gurih manis. Terbuat dari tomat, cabai merah, gula merah, gula putih, dan penyedap rasa. Semuanya dimasak selama 1 jam sampai kehitaman.

Mau cari yang lebih unik? Coba, lontong kuah nangka khas jambi dengan kuah santan. Atau kue tradisional Jambi seperti bolu kojo, kue lumpang, haji serban (terbuat dari ketan dan tepung beras), martabak ubi, risoles, hingga pempek. Semua hidangan berat dihargai Rp. 2.500 per porsi. Sedangkan aneka kue dan gorengan cukup Rp. 500 saja per buahnya.

Lokasi berjualan Pak Ahmad terletak di daerah Tanjung Pinang, Pendawa. Sebagian besar masyarakat kota Jambi mengetahui warung ini. Namun Anda harus datang pagi hari untuk memperolehnya karena warung ini buka hanya sejak pukul 6 pagi hingga pukul 9 pagi. Jika terlambat, pasti akan kehabisan.


Gulai Tempoyak

Tempoyak boleh dibilang hidangan khas Jambi. Yaitu daging buah duren yang diolah dengan garam, dan aneka campuran bahan lain lalu difermentasi hingga rasanya mirip terasi. Gulai tempoyak biasanya berbahan ikan. Umumnya menggunakan ikan patin atau ikan gabus. Untuk memperolehnya, Anda harus pergi ke RM Khas Jambi Sari Raso, di daerah Simpang IV Sipin, sekitar 9 km arah barat kota Jambi. Cukup jauh memang. Toh, rumah makan ini selalu didatangi pelanggannya.
"Saya memang tidak mau membuka cabang di kota Jambi, takut kualitas rasanya berkurang," jelas Hj. Kamariyah (50 th) yang sudah lebih dari 10 tahun membuka usahanya ini.
Saya memang tidak mau membuka cabang di kota Jambi, takut kualitas rasanya berkurang," jelas Hj. Kamariyah (50 th) yang sudah lebih dari 10 tahun membuka usahanya ini.

Kamariyah hanya menggunakan tempoyak kualitas terbaik. Cirinya, berdaging kuning dan aromanya wangi duren segar. Selain itu ia juga hanya menggunakan cabai berwarna putih dan merah sebagai campuran kuahnya. Rasanya sungguh segar, paduan gurih, asam, manis dan harum tempoyak. Teman makannya adalah sambal calo yang berbahan tomat hijau, terasi, cabai merah, dan jeruk nipis.

Tersedia pula pindang patin dan aneka hidangan lainnya yang sekilas mirip hidangan di rumah makan padang. Rata-rata harganya Rp. 6 ribu per menu. Dalam sehari bisa 1 kg tempoyak yang digunakan sebagai campuran berbagai hidangan di rumah makannya. Dengan dibantu 4 karyawan, ia membuka rumah makannya setiap hari sejak pukul 7 pagi hingga 9 malam.



Rambutan Goreng dan Selai Nanas Goreng
Inilah cemilan yang cukup unik di Jambi. Sentra produksinya terletak di daerah Tangkit Baru, Muaro Jambi, sekitar 16 km arah timur Kota Jambi. Pengolahan nanas sudah dilakukan sejak tahun 80-an ketika lahan di wilayah ini mulai ditanami buah nanas. Hasil yang melimpah membuat masyarakat di Tangkit mulai membuat aneka olahan buah nanas. Bentuknya antara lain selai, selai goreng, dodol, dan keripik nanas.

Salah satu penjualnya adalah Pak Yusra dan adiknya, Siti Hajar (39 th). Produk utamanya adalah selai goreng. Proses pembuatannya cukup memakan waktu. Nanas dikupas, dicuci, lalu dilumatkan. Kemudian dimasak bersama gula selama 4 ­ 5 jam, dan dijemur hingga agak mengering. Selai ini kemudian dipotong kecil-kecil, dan dicelupkan ke dalam adonan tepung, lalu digoreng. Sudah sejak tahun 96 mereka berproduksi
Sedangkan produk rambutan goreng baru diproduksi sejak tahun 2000. "Dulu saya memiliki lahan rambutan sebesar tiga hektar," jelas Siti.

Karena panen yang melimpah itulah ia berinisiatif membuatnya seperti selai goreng. Proses membuatnya tak jauh berbeda dengan selai goreng. Rambutan diolah utuh tanpa membuang bijinya. Sekilas rasanya menjadi mirip dengan kurma. Dalam seminggu, Siti biasanya mampu memproduksi 1 ton rambutan goreng. Ia dibantu sekitar 8 orang karyawan.

Semua produknya diberi merek Yusra, dan telah dipasarkan di sejumlah supermarket di kota Jambi. Jadi Anda tak perlu jauh-jauh ke Tangkit. Produk ini mampu bertahan hingga 6 bulan untuk dikonsumsi. Khusus selai nanas bahkan bisa bertahan hingga 1 tahun. Namun Siti mengakui masalah pengeringan bahanlah yang menjadi kendala produksi, karena jika musim hujan tiba, praktis proses penjemuran menjadi susah. Ia mengharap ada pihak yang bersedia membantu untuk menyediakan alat pengering atau semacam oven untuk memperlancar usahanya.

Semua produk berbahan nanas bisa dibeli Rp. 22.500 per kg. Sedangkan rambutan goreng lebih mahal sedikit, Rp. 25.000,- per kg. Tersedia dalam kemasan 150 gram, 250 gram, hingga 500 gram.




Sate Padang Beringin
Ini memang bukan hidangan khas Jambi. Tapi hampir semua warga Jambi memburunya. Sate ini terletak di sebuah warung yang tak begitu besar di jl. Sam Ratulangi, pasar Jambi. Cukup untuk menampung hanya 20 orang saja. Namun pengunjungya selalu hilir-mudik bergantian makan atau dibungkus.

"Sebenarnya saya meneruskan usaha orangtua saja," ujar Iid (40 th).

Sebelum ia lahir, orang tuanya sudah berjualan di situ. "Jadi setidaknya sudah lebih dari 40 tahun usaha ini berjalan," imbuhnya.

Dalam satu hari, ia membutuhkan 10 kilogram bahan yang terdiri atas daging, jantung, dan lidah sapi. Jika masa liburan atau bulan puasa tiba, maka bahan yang dibutuhkan meningkat.

Untuk 1 porsi sate padang dengan lontong bisa dibeli seharga Rp. 8 ribu. Anda bisa memperolehnya jika datang antara pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore. Terkadang jam 3 4 pun sudah habis. Teman makannya ada kerupuk ikan seharga Rp. 1.000 per bungkus.

Di sini juga tersedia es campur yang segar. Isinya terdiri dari cincau hitam, dawet hijau, kacang hijau, selasih, avokad, es serut, lengkap dengan siraman susu cokelat. Harganya Rp. 4 ribu per mangkuk. "Tak sedikit yang minta dibungkus untuk dibawa ke luar negeri," jelas Iid.



Nasi Minyak dan Martabak
Di Kota Jambi ada dua nama yang cukup terkenal soal makanan ini. Handil dan Muhajir. Nasi minyak dan martabak Handil terletak di jl. D.I. Panjaitan, kebun Handil. Warungnya cukup besar. Pemiliknya A. Latif Khan (51 th) yang sudah membuka kedainya sejak tahun 1994. "Sebelumnya saya berbisnis tekstil," papar Latif.

Karena kurang menggembirakan, ia banting setir ke bisnis makanan. "Kebetulan sayLalu dipilihlah hidangan ala India untuk dijual. "Ketika memulai usaha, saya gratiskan pengunjung makan selama beberapa waktu. Termasuk mengundang berbagai instansi terkemuka di Jambi," kenangnya.

Menu yang bisa dipilih adalah nasi minyak. Bentuknya mirip nasi kuning, namun sarat dengan bumbu khas India dari pekak, kunyit, cengkeh, kapulaga, sampai minyak samin.

Teman makannya bisa dipilih kari ayam kampung, kari daging, atau kari kambing yang dijual Rp. 13 ribu per porsi. Atau bisa memilih martabak India (berisi kentang) yang dijual Rp. 13 ribu plus kari. Jika kurang puas, bisa memilih martabak mesir (isi kornet) atau martabak spesial (isi daging dan telur). Harganya Rp. 15 ribu per buah.

Warung ini buka setiap hari sejak pukul 8 pagi hingga 3 sore, lalu tutup. Buka lagi jam 5 sore hingga 10 malam. Selain itu Latif juga menerima pesanan menu khusus lainnya, yaitu nasi briyani. Namun menurut Latif, racikan masakan di kedainya sudah agak dikurangi sesuai lidah Indonesia. "Jika terlalu keras, nanti pelanggan kurang cocok," jelasnya.

Sedangkan di kedai Muhajir (34 th), nasi minyak hanya dibuat khusus melalui pesanan. "Jadi kalau tidak memesan, saya tidak membuat. Karena nasi ini tidak bisa disimpan. Harus dikonsumsi hari ini juga," jelasnya.

Bumbunya cukup kuat, dari kapulaga india, cengkeh, kayu manis, lada, jinten, minyak samin hingga susu kental. Ia baru 5 tahun meneruskan usaha orang tuanya yang dirintis sejak tahun '80-an.

Di sini nasi minyak dihargai Rp. 3 ribu per porsi. Temannya adalah kari kambing (Rp. 5.000) atau kari ayam (Rp. 3.000). Tersedia pula aneka martabak dari yang biasa hingga super yang harganya antara Rp. 7 ribu hingga Rp. 25 ribu. Anda bisa berkunjung ke kedainya hanya di sore hari sejak pukul 4 hingga 11 malam. Anda juga bisa mencicipi bandrek telur yang sarat rempah seperti kembang pekak, masni (daun kering dari bangladesh), kapulaga india, pala, cengkeh, susu dan kayumanis. Bisa pilih telur ayam atau bebek. Harganya Rp. 5 ribu per gelas. Rasanya sungguh nikmat, hangat dan sama sekali tidak berbau amis telor karena sarat rempah tadi.

Muhajir juga menerima pesanan kambing guling spesial berisi makaroni berbumbu untuk pesta. Harganya Rp. 1 juta dengan kambing ukuran 10 kg.


Pempek
Ada dua nama yang cukup terkenal di Jambi, pempek Asiong dan pempek Plaju. Pempek Asiong yang terlama ada di Jambi. "Ketika saya lahir, orang tua saya sudah membuka warung ini," papar Akun (32 th), putra Asiong.

Kini ia yang meneruskan bisnis ini, sementara orang tuanya hanya memantau saja.Di kedai yang cukup luas ini, setidaknya ada 10 jenis pempek yang bisa Anda peroleh. Yaitu lenggang, selam, model dan mie tahu yang harganya antara Rp. 5 ribu hingga 6 ribu per buah. Untuk yang ukuran kecil ada pempek keriting, balok, bulat, tahu, otak-otak dan pempek panggang. Harganya Rp. 1.100 per buah. Semua dihidangkan langsung di atas meja bersama kuah di mangkuk kecil. Kita tinggal memilih mana yang disuka. Apa yang kita makan, itulah yang dibayar.

Pempek panggang boleh Anda coba karena agak unik. Pempek ini berbentuk bulat agak pipih. Tengahnya berisi udang, cabai, dan kecap. Setelah dipanggang, langsung disantap. Rasanya cukup pedas dan jadi semakin pedas jika dicelupkan ke dalam cuko.

Anda bisa berkunjung setiap hari sejak pukul 8 pagi hingga 9 malam. "Namun setiap Senin kami libur," jelas Akun.

Selain pempek tadi, Anda bisa juga menikmati pempek Plaju. Lokasinya, di jl. Panglima Polim. Meskipun baru dibuka sejak tahun 2000, namun pempek ini sudah menyedot banyak pelanggan. Adalah Pak Sanusi (49 th) dan istrinya, Ny. Pupu (45 th) yang memulainya. "Dulu ada kerabat yang mencicipi pempek buatan kami, lalu mengusulkan untuk dijual saja. Maka kami buka kedai ini. Sambutannya cukup baik," jelas Sanusi.

Di sini, Anda bisa memilih aneka pempek seperti kulit ikan (tenggiri), tahu, kapal selam, balok, lenjer, telor kecil, lenggang, dan laksan. Harganya antara Rp. 1.200 hingga Rp. 5.500 per buah. Di kedai ini cukonya sudah disiapkan di dalam botol di atas meja. Jadi, kita tinggal menuangkan sendiri sesuai selera.

Yang unik dan menjadi favorit adalah pempek kates (pepaya). Pempek ini tidak dihidangkan dengan digoreng, tapi hanya dikukus. Isinya pepaya mentah yang diparut tipis, lalu dicampur udang. Rasanya sungguh lezat. Anda bisa mencicipinya setiap hari sejak pukul 11 siang hingga 9 malam. Khusus hari Minggu, sanusi membuka kedainya lebih awal, pukul 8 pagi.

"Soalnya hari minggu pembeli sangat ramai," paparnya.

Mi Celor
Sesuai namanya, hidangan ini terdiri atas mi dan telor. Masih ada tambahan berupa tumisan daging sapi, irisan telur dadar, dan taburan bawang goreng. Lalu disiram kuah santan. Cukup banyak yang menjual hidangan ini. Namun yang paling terkenal terletak tepat di simpang Jelutung, di pojok toko "Dua Sekawan".

Sudah sejak tahun 70-an Ahmad Kosim (50 th) berjualan disimpang Jelutung, di pojok toko "Dua Sekawan".

Sudah sejak tahun 70-an Ahmad Kosim (50 th) berjualan di situ. Saat ini seporsi mi celor dijual Rp. 6 ribu per porsi. Dalam sehari ia menghabiskan 7 kilogram mi untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya. "Kira-kira jadi sekitar 80 porsi lah," jelasnya.

Sedangkan di hari libur bisa meningkat hingga 10 ­ 15 kg mi. Ia berjualan tiap hari sejak pukul 06.30 hingga 11 siang. "Habis tak habis, saya pulang," jelasnya.

Di toko ini juga tersedia Kopi O yang terkenal di Jambi. Kedai yang tepat berada di sebelah gerobak mi celor Ahmad ini sudah lama sekali berdiri. "Kira-kira sejak tahun 1952 sudah dibuka oleh orang tua saya," jelas Ratmanyadi (41 th).

Kopi ini hasil olahan sendiri dan tidak dijual bebas. "Saya hanya menjual dalam bentuk seduhan," tambahnya. Secangkir dijual Rp. 2 ribu.

Kopi ini sangat kental dan aromanya sangat pekat. Anda tak akan menemukan ampas, karena telah disaring. Dalam seminggu, setidaknya ia membutuhkan 8 kilogram kopi untuk diseduh. Kedai kopi ini buka setiap hari, mulai pukul 6 pagi hingga 4 sore.



Sujiwo >> di copy dari majalah www.sedap-sekejap.com

Posted by imelda :: 2:53 PM :: 0 comments

Post / Read Comments

---------------oOo---------------