BoGaRiA
Tuesday, May 02, 2006 Jalan-jalan ke Jepara&Kudus

JEPARA

SUP UDANG

Makanan khas Jepara ini sangat populer di masyarakat Jepara, tetapi warung yang menyediakan sajian ini belumlah banyak. Salah satu yang terkenal adalah Sop Udang Mbak Yati yang terletak di Jl. Wahid Hasyim No. 184. Warung makan ini buka dari jam 07.00 pagi hingga sekitar jam 15.00 atau tergantung habisnya stok sup udang. "Biasanya kalau hari libur, ya, cepat habis. Kalau hari biasa saya buka sampai jam 16.00," ujar Yati, sang pemilik.

Sup udang yang disajikan bersama nasi putih ini berupa sup dengan kaldu udang. Isinya berupa potongan halus kol dan udang rebus. Disajikan hangat dengan taburan bawang goreng dan irisan seledri. Pada saat memesan, biasanya kita akan ditanya, mau pedas atau tidak. Kalau suka pedas, pada piring untuk menyajikan Sup Udang, langsung diulek cabai rawit segar. Baru ditata nasi dan kol. Kemudian disiram kuah Sup Udang yang bercita rasa manis gurih itu. Rasanya? Wuah sedap sekali! Biasanya orang Jepara menyajikan atau menikmati Sup Udang saat sarapan pagi.

KACANG LISTRIK

Namanya terdengar antik. Dalam benak kita kacang ini merupakan kacang yang keriting. Padahal yang dinamakan kacang listrik adalah kacang tanah yang digoreng kering dengan pasir. Kacang yang gurih dan renyah ini mudah kita temui dan dijadikan oleh-oleh khas Jepara. Sayangnya, industri kacang garing ini masih berupa produksi rumahan. Salah satu produsen kacang listrik yang terkenal adalah Ibu Rosidah yang tinggal dan memproduksi kacang listrik di daerah Saripan.

Usaha kacang listrik ini sudah ia jalankan sejak 30 tahun lalu. "Dulunya saya hanya membuat sedikit-sedikit. Dibungkus dengan kertas minyak, dan dijual ke sekolah-sekolah. Lama-lama banyak yang mencari dan akhirnya sekarang dalam sehari bisa produksi 3-4 kilogram. Kalau sedang libur, bisa lebih," ungkap Rosidah.

Tetapi saat liburan, lanjutnya, ia bisa menjual kacang sekitar 10 kilo pada musim liburan. Membuatnya cukup lama. "Untuk mendapatkan kacang yang renyah dan gurih, kita harus merendam dulu dengan bumbu bawang putih minimal selama 1 jam," terang Rosidah.
Agar rasanya enak, Rosidah menggunakan banyak bumbu. Untuk 1 kilogram kacang tanah, ia memakai 100 gram bawang putih sebagai bumbu. Setelah direndam dan ditiriskan, baru kacang tanah berbumbu tadi digoreng dengan pasir laut yang sudah dibersihkan.

Kenapa harus dengan pasir? Karena, "Digoreng dengan pasir lebih enak karena dan hasilnya lebih garing dan tak berminyak," kata Rosidah yang menjual kacang listrik-nya Rp. 15.000 per kilogram.


WEDANG CORO

Menikmati sore hari di Jepara paling enak sambil ditemani secangkir Wedang Coro. Minuman beraroma jahe dan disajikan hangat ini sepintas lalu serupa dengan bandrek atau bajigur. Bedanya minuman ini ditambahi dengan bubuk rempah-rempah berupa merica dan aneka apotek hidup. Tak heran kalau rasanya cukup pedas dan membuat perut kita hangat. Untuk wedangnya berupa air jahe yang ditambah santan, daun pandan, dan daging kelapa muda yang dipotong kotak-kotak kecil.

Salah satu pembuat Wedang Coro yang sedap adalah Pak Slamet. Tiap sore sekitar pukul 16.00 ia sudah mangkal di Jl. W.R. Supratman. Sambil
menjajakan Wedang Coro, ia juga menjual aneka gorengan sebagai teman minum Wedang Coro.



TENGGIRI

Sebagai penghasil ikan, Jepara juga dikenal sebagai pembuat kerupuk tenggiri. Ada satu daerah di Jepara, Jl. Kyai Moliki, yang khusus membuat kerupuk tenggiri. Salah satu pembuat sekaligus penjualnya adalah Ibu Siti Jubaedah.

"Saya mulai usaha ini sejak 10 tahun lalu. Mulanya, ya, hanya sedikit, lama-lama bisa produksi sampai 1 kuintal kerupuk sehari. Kalau sedang musim hujan seperti ini, biasanya untuk mengeringkan kerupuk perlu bantuan oven," jelasnya.

Sedangkan untuk kalangan tertentu lebih menyukai membeli kerupuk tenggiri di Pecinan. Karena prosentase pembuatannya 1:1, yaitu 1 kilogram ikan ditambah 1 kilogram pati, maka harga jual kerupuk mentah ini jauh lebih mahal, jelas harganya lebih mahal, sekitar Rp. 30.000 per kilo.


SEAFOOD

Anda ingin menikmati seafood sambil ditemani deburan ombak? Langkahkan kaki menuju Pantai Bandengan atau dikenal pula sebagai Pantai Tirta Samudra. Di lokasi ini, kita bisa menemukan rumah makan yang menyediakan sajian aneka hidangan laut. Salah satu rumah makan yang terkenal adalah milik Ibu Sri. "Kalau mampir ke sini jangan lupa mencicipi ikan bakarnya. Sedap, lo," pesan seorang teman kepada Sedap Sekejap.

Setelah dicoba memang rasanya sangat enak. Apalagi disajikan hangat-hangat. Bisa dimakan dengan nasi putih ditemani lalap segar atau dicocol dengan sambal. "Rahasianya terletak pada bumbunya. Kita memiliki bumbu rahasia untuk membuat ikan bakar Bu Sri tetap lezat," ungkap Jumarmi, karyawan Ibu Sri.
KUDUS

SOTO KUDUS

Siapa yang tak kenal soto kudus? Bukan hanya di kota-kota besar di Indonesia saja yang sudah kenal kepopuleran soto ayam yang nikmat ini, di berbagai daerah kecil pun selalu saja ada yang menjajakan soto kudus. Makanya kalau berkunjung ke kota Kudus, jangan tidak mencicipi hidangan khas Kudus ini.

Soto Ayam yang sarat dengan kaldu ayam kampung dan rasanya menyegarkan ini, sangat mudah ditemui di seluruh pelosok kota Kudus. Di Kudus, Soto Pak Deluh ini paling terkenal, hingga memiliki 4 outlet di kota Kudus. Saat ini pengelolanya bukan Pak Deluh, tetapi sudah diwariskan kepada cucu-cucunya. Salah satunya adalah Ibu Elliyani dan suaminya Pak Ronji yang saat ini mengelola cabang di Jl. R. Agil Kumadya.

Walaupun sudah memiliki 4 cabang, tetapi dalam pembuatan soto, tetap menjadi satu. "Dibuatnya di dapur yang sama dan dibuat oleh orang yang sama. Baru kemudian dibagi 4 bagian," jelas Ronji.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tiap harinya minimal kedai ini menyediakan 30 ekor ayam kampung. Menemani soto, disediakan jua sate hati dan ampela ayam, sate telur burung puyuh, dan sate gatra (calon telur ayam, Red.) Tak kurang dari berbagai pejabat di Jawa Tengah dan artis-artis kondang pernah singgah di kedai soto yang sederhana ini.
SOTO KERBAU

Berawal dari larangan Sunan Kudus kepada pengikutnya untuk tidak makan daging sapi, maka banyak sekali warung yang menyediakan kudapan berupa daging ayam atau daging kerbau. Sebelum mencicipi sendiri, kita akan berpikir rasa atau aroma daging kerbau pasti kurang enak. Padahal, kalau kita mengunjungi rumah makan yang menyediakan masakan daging kerbau yang sudah kondang, kita tak akan bisa membedakan rasa dan aromanya dengan daging sapi, lo!

"Untuk orang Kudus, daging kerbau rasanya lebih sedep dibandingkan dengan daging sapi," terang Mbak Masrumi, pengelola Warung Soto Kerbau Pak Siban. Daging dan jeroan kerbau olahan Warung Soto pak Siban terasa lembut dan dagingnya berwarna merah muda. Rasa sotonya pun segar. "Itu berasal dari kaldu daging kerbau. Pokoknya kalau sudah sekali mencoba, pasti akan ketagihan," janji Masrumi.

Bersama sang ibu, Ny. Kasruni, mereka meneruskan usaha Soto Kerbau Pak Siban yang saat ini sudah meninggal dunia. Dalam sehari mereka harus menyiapkan 8 kilogram daging kerbau. Jam buka warung dari pukul 07.30 hingg pukul 10.00. Setelah itu soto kerbau sudah ludes tandas. Harganya juga cukup terjangkau. Satu porsi hanya Rp 2 ribu.

Menyajikannya bukan dalam mangkok, melainkan dengan piring. Soto Kerbau disajikan bersama nasi putih, baru diguyur dengan kuah dan potongan daging kerbau. Rasanya sudah jelas, gurih dan pantas dicoba.








JENANG KUDUS

Nah, oleh-oleh yang satu ini jangan lupa dibeli. Jenang Kudus merek Sinar 33, Mubarok, Mabrur, atau Viva. Ketiga merek ini adalah jenang (dodol, Red.) yang sangat terkenal di Kudus. Sehingga orang yang berkunjung ke Kota Kretek ini tak pernah lupa membeli untuk oleh-oleh keluarga dan teman di kota asalnya. Kalau ingin membeli jenang khas Kudus ini, ada baiknya langsung membeli di toko Sinar 33 di Jl. Sunan Muria No. 33. Karena di toko ini kita bisa memperoleh semua merek jenang Kudus di atas. Bahkan kita juga bisa menikmati rumah asli Kudus sambil berbelanja jenang untuk oleh-oleh.

Salah satu pengusaha jenang Kudus adalah Ny. Hj. Mabruri, pengusaha jenang mereka Sinar 33. Mubarok, Mabrur, dan Viva. ia mulai berproduksi pada tahun 1915. Pembuatan jenang masih mempergunakan tangan, begitu juga dengan pengemasannya. Sementara penjualannya dilakukan secara direct selling.
Potensi jenang makin berkembang setelah tahun 1933. Karena makin besar, jenang yang dahulunya 100 persen mempergunakan bahan alami, kini mulai dikemas kertas. "Dahulu masih mempergunakan loyang tampah," kenang Bapak M. Noordin, Kepala Bagian Pemasaran Pj. Mubarok Group.

Hingga kini jenang Sinar 33 dengan kemasan kertas masih kami produksi dan bisa menguasai 30 persen seluruh penjualan jenang grup Mubarok. Bahkan kini Mubarok memproduksi 4 merek. "Tetapi semuanya kami produksi dan pasarkan bersama-sama sehingga tak ada persaingan di antara produk-produk ini.

Walau banyak produksi jenang serupa tersebar di seluruh Kudus, sampai kini Jenang Kudus Sinar 33, Mubarok, Mabrur, dan Viva belum tergoyahkan. "Kami berusaha untuk tidak berhenti di satu titik kepuasan. Kami terus mengembangkan usaha ini, selain diversifikasi merek, juga mengembangkan resep jenang untuk makin tahan lama dan siap untuk masuk ke internasional," tutur Noordin.

Jenang Kudus ini mampu menghabiskan 4-5 kuintal kelapa untuk sekali produksi. "Untuk masa liburan atau menjelang lebaran bisa sampai 3-4 kali lipat."


PINDANG KUDUS

Makanan yang satu ini hanya bisa kita temui di Kudus. Sesuai dengan namanya, pindang ini cita rasanya manis. Dibuat dengan nya yang manis dan penggunaan bumbu tradisional, kluwek. Walaupun mempergunakan kluwek, tapi tetap tak berwarna hitam. Isi pindang ini berupa sayatan daging ayam dan daun melinjo.

Salah satu penjual Pindang Ayam yang terkenal adalah di warung soto Pak Deluh. Selain menjual soto ayam khas Kudus, mereka juga menyediakan Pindang Ayam yang nikmat. Lagi-lagi penyajian Pindang Ayam ini serupa dengan Soto Kerbau, yaitu mempergunakan piring dan disajikan bersama nasi putih.


LENTOG

Untuk memulai hari, orang-orang Kudus menyukai sajian Lentog. One dish meal ini berupa lontong, sayur tewel (sayur nangka muda, Red.), dan opor tahu. Yang menjadi beda karena sayur tewel dimasak hingga hancur menyerupai bubur.

Karena amat menyukai Lentog, sampai-sampai di sebuah jalan di Kudus, yaitu Jl. Tanjung Gang 1 terdapat bursa Lentog. Biarpun banyak penjaja Lentog, tapi ada satu warung yang selalu disesaki pembeli, yaitu Warung Lentog Tanjung Pak Ndek.

Kalau Anda ingin mencoba, jangan segan meminta satu porsi, karena porsi Lentog bisa dikatakan sedikit. Menyajikannya dengan piring kecil, diisi dengan potongan lontong dan ditaburi sayur tewel. Kemudian disiram kuah dan potongan opor tahu. Kalau ingin tambah pedas, kita bisa mengambil sendiri cabai rawit yang dimasak merah seperti sayur krecek dalam gudeg. Soal rasa jangan ditanya. Jangan-jangan nanti Anda menjadi salah satu penggemar berat Lentog khas Kudus. sdp@Rika Eridani, foto-foto : Veri Valensi

Dicopy dari www.sedap-sekejap.com oleh Sujiwo.

Posted by imelda :: 3:35 PM :: 0 comments

Post / Read Comments

---------------oOo---------------