BoGaRiA
Tuesday, May 02, 2006 Jalan-jalan ke Cianjur&Sukabumi

CIANJUR

RUMAH MAKAN H.M. NANA

Ingin mengisi perut di daerah Cianjur? Cobalah mampir ke Warung Makan H.M. Nana di Jl. Cibandulu. Warung makan yang menyajikan khusus hidangan Sunda ini selalu ramai dikunjungi pelanggan. Tidak hanya dari dalam kota Cianjur sendiri, juga para pelancong yang kebetulan melewati kota beras ini.

Begitu duduk, para pelayan rumah makan ini dengan sergapnya menata nasi hangat berikut hidangan yang tersedia. Hingga kita bisa langsung memilih. Biasanya setiap hari tersedia antara lalin pepes ikan mas, pepes oncom, atau ayam goreng yang masih panas. Sebagai pelengkap disediakan satu bakul penuh lalapan segar disertai sambal terasi dan sambal oncom. Dijamin akan ketagihan!



TAOCO CAP MEONG NY. TASMA

Taoco made in Cianjur cukup dikenal di mana-mana. Bumbu masak yang terbuat dari kedelai yang difermentasi ini memang bisa memperlezat aneka tumisan kita. Nah, salah satu penghasil taoco terkenal di Cianjur adalah Taoco Cap Meong Ny. Tasma.

Begitu terkenalnya taoco bergambar kucing ini sampai-sampai hampir semua taoco mengikuti label ini. "Padahal hanya ada satu Cap Meong yang asli, lo," ujar pengelola Tauco Cap Meong, Ny. Tasma. "Yang asli hanya di sini, Jl. HOS Cokroaminoto No. 160, milik saya," ujarnya. Berdiri sejak 1880, tak heran penggemarnya cukup banyak hingga kini. Meski cuma taoco menurut Tasma, pembuatannya makan waktu sampai 2 bulan. "Kalau lagi hujan malah sampai 3 bulan baru jadi," paparnya.

Selama pembuatan sampai jadi taoco disimpan dalam guci tanah liat. Setelah pemesan datang, taoco baru dikemas dalam botol. Harga tiap botol antara Rp. 2500 hingga Rp. 5.000 tergantung besarnya botol. Pengemasan yang baru dilakukan kalau ada yang membeli menghindari kita dari risiko kerusakan. Maklumlah taoco buatannya cuma bisa bertahan hingga 2 hari. Lain halnya kalau disimpan dalam lemari pendingin, bisa sampai 1 bulan.

MANISAN MULIA SARI

Cianjur termasuk daerah di Jawa Barat yang kondang dengan manisannya. Banyak orang yang harus singgah dulu di Cianjur dalam perjalanan dari Bandung ke Bogor atau sebaliknya, hanya untuk membeli manisan buah. Salah satu manisan buah yang terkenal adalah manisan Mulia Sari.

"Buatan kami dijami menggunakan gula asli dan tanpa pengawet. Makanya cuma bertahan sampai dua hari," ujar Rudyawan, pemilik sekaligus pengelola Manisan Mulia Sari Jl. HOS Cokroaminoto. Ia mengaku tak sulit mencari bahan baku buah. "Sudah ada pelanggan yang selalu menyetor buah," jelas Rudy.

Para penyetor ini selalu datang membawa buah-buahan sesuai musimnya. Tentu yang dibawa cuma buah yang bisa dibuat manisan karena tak semua buah enak dijadikan manisan. "Dahulu kami pernah mencoba menjual manisan bengkuang dan pepaya, tapi tidak lama. Soalnya kedua buah tadi tidak tahan lama. Akhirnya kembali lagi buah-buahan yang dibuat manisan hanya itu-itu saja, dan tergantung musimnya," uingkapnya.

Manisan Mulia Sari dikenal berkat ibu Rudyawan, Ny. Tan, yang membuat manisan pala kering di tahun '50-an. Karena laku, Ny. Tan juga mulai membuat manisan buah. "Ternyata banyak yang suka. Jadilah orang mengenal manisan buah Cianjur Mulia Sari buatan Ny. Tan," kisah Rudy.

Melihat kesuksesannya, banyak tetangga sekitar sini yang mengikutinya. Namun, toh, manisan Mulia Sari tak kekurangan pembeli. Setiap hari toko ini bisa menjual sebanyak lebih dari 60 kilo buah-buahan per hari pada musim liburan atau akhir minggu. Padahal, "Toko kami tidak terletak di pinggir jalan, lo," jelas Rudy.

SUKABUMI

WARUNG MAK UTI

Selama Sedap Sekejap jalan-jalan ke Sukabumi, banyak yang menganjurkan untuk mampir ke Warung nasi Mak Uti. Warung yang terletak di Jl. Pengadilan ini menyajikan aneka hidangan khas Sunda. Meskipun letaknya masuk ke dalam gang, tetapi pelanggannya sampai kepada artis dan pejabat.

"Awalnya ibu saya, Mak Uti, hanya menjual nasi di pinggir jalan. Lama-lama banyak penggemarnya hingga kami bisa membeli tempat di Jl. Pengadilan ini. Lalu bisa menjadi warung nasi seperti ini," ujar Ny. Nani, pengelola dan putri Mak Uti.

Berbeda dengan warung nasi di Cianjur, warung nasi Sukabumi serupa dengan sajian buffet. Penjual akan memberikan nasi satu porsi, lalu kita tinggal memilih lauk pauk atau sayur yang kita inginkan. Lauk yang disediakan berupa aneka pepes, aneka jerohan sapi, gepuk (empal, Red.), dan ayam goreng. Sebagai pelengkapnya, di meja tempat kita makan, disajikan aneka lalap dan sambal terasi. Soal harga tak perlu khawatir, karena per porsi makanan, lengkap dengan dagingnya hanya sekitar Rp. 3.500. Dan Rp. 6.000 per porsi jika kita memilih daging dan sayur.

BUBUR AYAM

Tempat bubur ayam yang kondang di Sukabumi adalah di Jl. Pajagalan. Warung bubur ayamnya bernama Odeon. Berbeda dengan bubur ayam yang biasa kita temui selama ini, bubur ayam Sukabumi sangat khas. "Yang bikin beda karena buburnya agak encer dan selalu disajikan dengan ayam tim bukan ayam rebus
atau ayam goreng.

Walaupun sama-sama menambahkan cakue, pada bubur ayam Sukabumi, cakuenya diiris tebal-tebal dan digoreng garing. Yang berbeda lagi, bubur disajikan bersama cah sayur asin dan tahu. Pelengkapnya berupa taburan irisan kulit pangsit goreng. Rasanya? Sedap sekali, lo.






MOCI

"Belum ke Sukabumi kalau belum beli oleh-oleh moci," kata orang-orang. Moci Sukabumi memang sangat terkenal, jadi kalau kita sepulang dari Selabintana atau Lido, tak salah kalau mampir dulu membeli moci.

Selain baunya wangi dan rasanya legit, moci Sukabumi biasanya dikemas dalam keranjang kue bambu. Salah satu moci yang terkenal di kota asal Desy Ratnasari ini ada di Jl. Otista No. 39. Mereka tidak membuka toko, tetapi hanya menggelar meja yang dipenuhi oleh tumpukan keranjang berisi moci. Meja itu pun hanya ditaruh
seadanya di garasi sebuah rumah.

Ibu Atin, pemilik dan pengelolanya melayani langsung pembeli dari sebuah meja yang dipasang di depan pintu.
"Nenek saya sejak tahun 1964 membuat moci. Lalu diturunkan kepada menantunya, yakni ibu saya. Setelah ibu saya merasa tidak mampu lagi, lantas diwariskan kepada saya," tutur Atin.

Menolak menyebutkan jumlah produksi per hari, Atin menyatakan bahwa moci buatannya tanpa bahan pengawet dan pewarna. "Dari dulu seperti ini. Saya hanya mempertahankan, buktinya pembeli selalu menyukainya," jelasnya.

Moci buatannya ada dua macam. Satu macam berisi kacang berbentuk bulat. Satunya kosong, dipotong kotak-kotak. Meski sudah banyak orang yang menjual moci berwarna, toh, Atin tetap mempertahankan moci tanpa warna. sdp@Rika Eridani, foto-foto : Veri Valensi



di copy paste dari www.sedap-sekejap.com

Posted by imelda :: 3:40 PM :: 0 comments

Post / Read Comments

---------------oOo---------------