BoGaRiA
Tuesday, May 02, 2006 Jalan-jalan ke Padang

NASI KAPAU
Kalau pergi ke Sumatera Barat, jangan sampai kita tidak mampir ke warung Nasi Kapau. Makanan khas ini sebenarnya banyak sekali dijumpai di berbagai kota besar di Indonesia maupun mancanegara. Namun, soal rasa, Nasi Kapau asli tentu jauh lebih mengundang selera.
Dari begitu banyak warung Nasi Kapau, yang sangat terkenal adalah Nasi Kapau Uni Lis. tempatnya di kompleks Pasar Wisata Blok A/B lantai 1, nomor 29-30, sekitar 100 meter dari Jam Gadang Bukittinggi. Uni Lis mewarisi usaha neneknya sejak tahun 1972. "Alhamdulillah usaha nasi kapau ini dari dulu sampai sekarang tetap laris dan dicari banyak orang," ujar Uni Lis yang keberatan menyebut omzet yang didapat per hari.
Kedai Uni Lis yang berukuran sekitar 7 X 10 meter ini selalu dijejali orang yang antre memesan nasi kapau. Warung yang buka dari pukul 8 pagi sampai 5 sore ini pada hari besar atau hari libur, antreannya sangat panjang. Menurut salah seorang pelanggannya, nasi kapau Uni Lis bumbunya terasa beda dengan warung lain.
"Jenis nasi yang saya pakai juga beda. Saya selalu memakai beras kualitas nomor 1," tegas Uni Lis, yang menjual seporsi nasi sekitar Rp. 7500, tergantung dari lauk dan berapa kali menambah. Pada tiap pesanan itu sudah ditambahkan goreng rimbang, daun bawang, gulai rebung, kacang rendang, gulai daun lobak, dan gulai Cubadak (gulai nangka muda).
Tak terhitung pejabat atau selebritis yang sudah pernah mampir ke warung Nasi Kapau Uni Lis. Mereka pasti pernah mencicipi sajian Uni Lis seperti dendeng kariang, gulai tunjang, gulai ikan batalua, kalio hati, gulai ayam, rendang ayam, ayam bumbu, ayam goreng balado, atau gulai usus sapi. Jenis ayam yang dipergunakan di Nasi kapau Uni Lis semuanya jenis ayam kampung. Jelas saja, bumbu dan daging ayam jadi terasa lebih nikmat.


MARTABAK KUBANG
Bila petang menjelang atau ingin begadang, jangan lupa Martabak Kubang. Belakangan martabak Kubang makin dikenal di luar orang Padang. Maklumlah usianya sudah cukup tua. Kedai ini berdiri sejak tahuan 1963. Rasa martabaknya tidak terlalu jauh dengan martabak asin yang sudah dari dulu kita kenal. "Martabak Kubang adalah pengembangan dari martabak Mesir atau martabak Keling, dengan resep yang disesuaikan dengan selera urang awak," jelas Haji Yusri Darwis, penemu martabak Kubang.
Lantas mengapa dinamakan martabak Kubang? Ternyata pembuatanya berasal dari Kubang, sebuah desa kecil yang terletak 140 kilometer dari Payakumbuh. Yang membuat beda Martabak Kubang dari martabak-martabak lainnya adalah kuahnya. Sedang isi martabaknya sama. Tentu bumbu yang digunakan merupakan bumbu rahasia milik Haji Yusri Darwis yang tak mau ia kemukakan. Kuah penyertanya terdiri dari tomat, bawang bombay, cabai hijau iris dengan saus cuka. Rasanya, gurih dan segar.
Harga seporsi martabak Kubang relatif murah bila dibanding martabak asin lainnya. Anda cukup merogoh uang Rp 4.000 untuk menikmati hidangan lezat ini. Harga ini sudah berlaku sejak lama bahkan sejak harga seporsi nasi Padang masih Rp4.000. Namun H. Yusri masih enggan menaikkannya.
"Keuntungan kita tipis. Soalnya, kita berjualan bukan untuk mendapatkan laba, tapi sekadar untuk mencari makan sambil beramal," tegas H. Yusri kepada Sedap Sekejap. Mungkin karena tipis itu tadi, H. Yusri belum punya gedung sendiri. Kedai yang digunakan merupakan kedai kontrakan, baik yang terletak di Jl. M. Yamin maupun restoran Hayuda, Jl. S. Parman. Keduanya di kota Padang.
Menurut H. Yusri, kalau di Padang ada orang berjualan martabak Kubang, selain di dua kedai tadi, bisa dipastikan itu adalah usaha bekas karyawannya. "Saya tidak masalah mereka mempergunakan nama martabak Kubang. Kecuali untuk buka usaha di Jakarta dan sekitarnya, penggunaan nama tersebut tidak saya benarkan. Karena nama tersebut sudah saya registerkan," tandas H. Yusri yang dagangannya selalu habis itu.
Selain di Padang, martabak Kubang juga bisa ditemukan di Jakarta, yakni di daerah Tebet. "Nah, ini dikelola oleh adik-adik saya."


SOTO PADANG
Cari Soto Padang yang lezat? Pasti Padang-lah tempatnya. Ada satu soto Padang yang terkenal di kota nan indah ini. Nama restorannya adalah Soto Garuda. "Habis letaknya, kan, sudah di kota Padang," jelas Fauzan, sang pemilik. Letak persisnya adalah di Jl. Belakang Olo no. 44, Padang.
"Bapak saya, Anwar Bay yang merintis Soto Garuda sejak tahun 1950. Saya sendiri dari tahun 1974 ikut membantu meneruskan usahanya hingga kini," jelas Fauzan, pemilik dan penggelola Soto Garuda. Untuk menyajikan Soto Garuda, Fauzan berusaha mencari bahan-bahan terbaik dari seluruh Sumatera Barat. "Berasnya saya pilih dari Solok atau Bukittinggi. Daging sapinya dari kota Padangpanjang. Tiap harinya paling sedikit saya membutuhkan 40 kilo daging sapi," jelas anak kelima dari delapan bersaudara ini.
Karena sudah sangat terkenal, pembelinya berasal dari berbagai kalangan. Banyak pula pejabat negara ini yang pernah mampir menikmati kenikmatan Soto Garuda. Pokoknya, kalau taragak (kangen) makan soto Padang, ya, ke sanalah kita menuju. Maka tak heran, kalau Soto Garuda bisa habis sebelum pukul 14.00 meski sudah buka dari pukul 9 pagi. Tapi Anda tak perlu cemas kehabisan tempat, karena restorannya bisa memuat 130 orang.
Kalau Anda berminat, jangan coba mencarinya tiap hari Jumat. Soto Garuda selalu tutup di hari Jumat.


LEMANG TAEH
Nama Lemang tak bisa lepas dari Padang, tapi kalau kita menanyakan tempat yang menjual Lemang yang enak di kota Padang, pasti akan dijawab Lemang Payakumbuh, 130 km utara Padang.
Nah, lemang Payakumbuh yang dimaksud itu adalah Lemang Taeh atau Lemang Kuranji. Pembuatnya satu keluarga yang mewarisi usaha bapaknya, Munir. Dari 8 orang anaknya, hanya 4 bersaudara ini yang berjualan lemang, yakni Edi, Syamsu Elida, Nusyalmi dan Asmawati.
Lemang tidak dijual di kedai atau di retoran, tetapi di pasar. Seperti Asmawati, misalnya ia berjualan di Pasar Ibuh Payakumbuh, sedang Nusyalmi di Pasar Atas Payakumbuh. Sedang Edi dan Syamsu berkeliling dari pekan ke pekan. Itu makanya kita tidak bisa menyantap lemang di tempat membeli. Lemang harus dibawa pulang.
Edi yang berjualan sejak tahun 1981 ini mengaku sehari bisa membuat 20 tabung lemang. Untuk itu ia memerlukan 13 gantang beras (1 gantang = 24 liter, Red). "Itu pun selalu habis," kata Edi yang ditemui tengah berjualan di sebuah pasar, sekitar 10 kilometer dari Payakumbuh. Sementara Syamsu bisa menjual 10 tabung lemang setiap hari. Satu tabung lemang panjangnya kurang lebih 70 cm, dengan diameter tabung 10 cm.
Tiap tabung dijual seharga Rp. 15.000. "Lemang ini disukai oleh semua umur. Kadang dimakan bersama tapai pulut hitam. Hotel-hotel di Sumatera Barat juga sering memesan lemang kami," sambung Syamsu Elida, yang berjualan mulai pukul 10.00 sampai 17.00 WIB.
Meski satu keluarga, cara membuat lemang berbeda satu sama lain. Lemang buatan Syamsu Elida, untuk 1 baskom santan, dipergunakan garam sebanyak 1 kg. Santan yang dipakai berasal dari kelapa tua dan kelapa matang. Santan dipanaskan selama 30 menit terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan beras pulut. Setelah ditempatkan dalam tabung bambu, dibakar dengan sabut kelapa selama tiga jam.
Sedangkan resep milik Edi sedikit berbeda. Santannya tidak dipanaskan . Santan langsung diaduk dengan beras pulut dan dimasukkan ke dalam tabung, lalu dibakar dengan bara dari sabut kelapa. Nah, terserah Anda mau memilih yang mana.



KERIPIK SANJAI
Selain dikenal dengan Nasi Kapau-nya, ada oleh-oleh khas Sumatera Barat yang sering dicari para pendatang, yaitu Kripik Sanjai. Salah satu toko kripik yang terkenal adalah Kripik Sanjai Mintuo. Pemiliknya Ny. Mintuo (55).
Kripik Sanjai terbuat dari singkong yang diserut sepanjang singkongnya. Biasanya lebarnya bervariasi antara 5 sampai 10 cm. Singkong yang sudah diserut tadi direndam dalam air, kemudian digoreng hingga kering.
Setelah dingin, singkong goreng ini diolesi dengan bumbu yang rasanya manis, pedas, dan agak lengket. Selain menjual Kripik Sanjai yang panjang-panjang, ada juga Kripik Sanjai yang bentuknya lingkaran. Untuk rasanya juga lebih bervariasi dibandingkan dengan Kripik Sanjai yang original. Bumbu olesannya terdapat rasa tawar, asin, serta pedas dan manis.
Sehari Kripik Sanjai Mintuo bisa menghabiskan 150 kilogram singkong dan 80 kilogram minyak goreng seharinya. Harga kripik adalah Rp.8.500 per kilogram. Meski tak bersedia menyebutkan penghasilannya per hari, namun ia mengatakan penghasilannya sudah bisa menyekolahkan 6 anaknya menjadi sarjana. Oleh-oleh Kripik Sanjai adalah buah tangan yang paling laku, selain rasanya enak, juga tahan lama.


KRIPIK BALADO
Kripik Balado yang paling top di Bukittinggi adalah buatan Christin Hakim. Kripik balado ini hampir mirip dengan Kripik Sanjai, hanya bedanya serutan singkong Kripik Balado lebih tipis dan bumbunya ditumis dahulu baru singkong goreng dimasukkan. Jadi bumbunya benar-benar meresap. Kripik Balado Christin Halim ini sudah ada sejak 11 tahun yang lalu. Dahulu Christin tinggal di lorong, tapi makin lama usahanya makin sukses dan mampu memiliki 2 buah kios dengan 6 orang karyawan.
Menjelang Lebaran, Christin mampu menjual 200 kilo kripik per hari. Itu pun sudah melewati pemesanan jauh hari sebelumnya. Tapi pada saat hari biasa, kripik yang terjual hanya sekitar 100 kilo saja sehari. Selain menyediakan Kripik Balado, ada juga makanan kecil lain yang dijadikan favorit baru, yaitu kacang Tojin (kacang bawang dengan cincangan daun seledri.


DADIA
Dadia adalah sejenis susu yang dikentalkan (melalui pengendapan beberapa hari). Pengendapan dilakukan dalam bambu yang ditutup dengan daun pisang. Harga per tabung Rp.2.500.
Kalau kita buka isinya, warnanya putih kekuningan dan kental. Dadia bisa dibuat jadi masakan tertentu. Yang paling sederhana adalah hanya dicampur irisan cabe merah, bawang, dan daun sirih. Ini tentu jadi teman makan nasi yang nikmat bersama gulai.
Dadia juga bisa dihidangkan begitu saja bersama emping pulut (emping yang dibuat dari beras ketan), gula aren, dan kelapa parut. Dadia yang terbuat dari susu kerbau ini bisa bertahan hingga 8 hari jika kita simpan dalam lemari pendingin.


GULO-GULO TARE
Sambil menyusuri anak tangga Pasar Atas Bukittinggi kita bisa menemukan ibu-ibu berkerudung yang menjajakan permen khas Bukittinggi. Nama permennya adalah gulo-gulo tare, terbuat dari sari tebu. Bentuknya segiempat kecil dan pipih. Warnanya cokelat tua, dibalut dengan tepung beras sangrai.
Sehari, menurut Linda penerus pembuat dan penjual gulo-gulo tare, permen tradisional ini bisa menghasilkan uang Rp. 100 ribu. Permen-permen tersebut dibuat 2 kali dalam seminggu. Gula tebu yang dibutuhkan kira-kira 50 kilogram per minggunya. Cara membuatnya cukup sederhana. Gula tebu dimasak sampai mengental lalu dikeringkan.
Permen ini dikemas dalam plastik setiap 250 gram. Supaya tidak lengket sama lain, permen ditaburi tepung beras yang disangrai. Untuk memberi rasa lain, tidak sekadar manis, Linda seringkali mencampur adonan rasa kacang dan rasa durian. Tergantung dari musimnya.
Menurut Linda yang meneruskan jualan gulo-gulo tare dari orang tuanya, pembeli jatuh cinta dengan permen buatannya karena dapat sebagai penghilang dahaga.


KETUPEK NI NEWAN
Bentuknya sepintas mirip ketoprak. Peminatnya cukup banyak. Setiap hari Ni Newan membuka kedainya di Los Lambung Pasar Atas Bukittinggi tiap pukul 10 pagi. "Ya, rasanya pas, harganya pun terjangkau. Sepiring cuma Rp. 2.000," ujar seorang pembeli yang sedang dengan sabarnya menunggu pesanannya.
Menurut penjualnya, tiap hari menghabiskan 350 buah ketupat. Walaupun serupa dengan Ketorak, tapi isinya agak sedikit berbeda. Kalau ketoprak menggunakan bihun. Ketupek, memakai mi kuning. Isi lainnya adalah irisan kol mentah, dan daun singkong rebus,irisan batang talas rebus, dan irisan jantung pisang rebus lalu disiram dengan saus kacang dan kerupuk merah.


CINDUA LANGKOK
Cendol a la Bukittinggi ini jadi ciri khas karena beda dengan cendol yang biasa kita temui. Bahan dasar cendolnya terbuat dari tepung sagu aren yang dicampur dengan tepung beras lalu diberi warna. Untuk cendol hijau digunakan air daun suji, sedang cendol merah menggunakan getah gambia.
Uniknya cendol dihidangkan bersama saus gula merah, santan, tape singkong, dan potongan lopis ketan. Masih pula ditaburi emping beras. Ingin tahu rasanya? Hmm... segar! Harganya pun terjangkau, hanya Rp. 1500 per mangkok. Menurut Samidra yang meneruskan bisnis cendol dari orang tuanya, Cindua Langkok ini sudah ada sejak tahun 1946.



KRUPUK DOLAR
Sesuai namanya, kerupuk dari singkong ini besarnya cuma sebesar uang logam ratusan. Ini sebetulnya opak biasa yang diberi irisan daun bawang. Bahan bakunya terbuat dari singkong yang dikukus, digiling, lalu dicetak berbentuk lingkaran berdiameter 2 cm. Krupuk singkong ini sudah ada sejak 20 tahun lalu, menurut cerita Bapak Howen, pemiliknya.



SATE LAWEH

Mungkin kita kurang akrab dengan nama Sate Laweh. Lain halnya kalau disebut Sate Padang yang pasti tidak asing lagi. Nah, di kota Padang, kalau ingin menikmati Sate Padang yang enak, biasanya mereka akan menuju Pasar Padang pada jam 3 sore sampai 2 malam. Di sana terdapat Sate Laweh
Menurut penjualnya, Sate Laweh ini bukan satu-satunya di Padang, karena banyak penjual lain yang menjual sate serupa. Bedanya, Sate Laweh ini sudah ada sejak 80 tahun lalu. Dalam semalam Sate Laweh Pasar Padang bisa menjual lebih dari 400 tusuk sate dan menghabiskan 200 buah ketupat.
Sate Laweh mempergunakan daging sapi yang diiris tipis-tipis. Sebelum dibakar, daging yang sudah ditusuk dilumuri dengan parutan kelapa lalu dibakar di atas bara. Sate kemudian disuguhi di atas piring beralaskan daun pisang bersama potongan ketupat lalu disiram dengan saus kental berwarna merah yang pedas rasanya. Seporsi sate laweh yang berisi 10 tusuk sate itu dijual dengan harga Rp. 8.000.



SATE PADANG
Selain sate laweh yang terdapat di kota Padang, ada beberapa sate yang selalu dicari, yaitu Sate Mak Anjang di Bukittinggi, Sate Mak Khatib di Solok, dan Sate Mak Syukur di Padangpanjang. Di antara semuanya yang selalu dicari dan banyak penggemarnya adalah Sate Mak Syukur.
Di kota Padangpanjang terdapat 3 warung Sate Mak Syukur, dua di Pasar Padangpanjang, lainnya di jalan raya menuju kantor Balai Kota Padangpanjang. Yang terakhir ini adalah yang paling besar dan paling ramai oleh pengunjung. Perintis Sate Mak Syukur ini adalah Syukur Sutan Raja Endah sejak tahun 1947. Dan di tahun 1984 sampai sekarang dikelola oleh putra bungsunya, Syafril Syukur. Sehari Syafril menghabiskan 80 kilogram daging per hari. Sate sebanyak itu dijual sejak pukul 10 siang sampai pukul 9 malam.
Dari ketiga outlet yang dibukanya, Syafril bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp. 5 juta tiap harinya. Kecuali bila ada pesanan khusus semisal untuk pesta perkawinan atau acara seminar. Kesempantan ini tentu menambah masukan pada kocek.
Yang membuat orang datang dan datang lagi di warung Sate Mak Syukur ini karena rasa bumbunya yang berbeda, cara pengolahan juga pemilihan jenis daging untuk dibuat sate juga lain. Satenya terdiri dari lidah, jantung, tambonsu, dan jerohan daging sapi.
Menurut Syafril, daging jeroan itu sengaja dipilih jenis sapi Padangpanjang, yang menurutnya berbeda dengan daging sapi jenis lain. Untuk sausnya, dipergunakan kari daging yang dipanaskan dan dikeluarkan minyaknya. Kuah itu masih ditambah aneka rempah sedang untuk mengentalkan, diberi tepung beras. Perbandingan antara tepung dan cabainya, 5 kg cabai berbanding 1/4 kg tepung beras. Jadi rasanya lumayan pedas.
Seperti tempat makan tersohor lainnya di Sumatera Barat, Sate Mak Syukur tak luput didatangi pejabat maupun selebritis Indonesia. Tak kurang mantan Presiden RI Soeharto pernah merasakan kenikmatan Sate Padang ini. Bahkan berkat dorongan dari Abdul Latief, mantan Menaker zaman Orde Baru, Sate Mak Syukur sampai saat ini sudah membuka 2 cabang di Jakarta, yaitu Pasaraya Blok M dan Pasaraya Manggarai.


PISANG REBUS SUNGAI LASI
Pisang rebus yang dipergunakan adalah jenis pisang kepok. Yang membedakan dengan pisang rebus yang biasa kita kenal, adalah lama perebusannya. Biasanya kita merebus pisang hanya sekitar 30 menit, tapi untuk Pisang rebus Sungai Lasi membutuhkan waktu selama 10 jam! Akibatnya, pisang rebus tadi menjadi berwarna kemerahan hingga sampai ke dalam-dalamnya.
Untuk bisa mendapatkan sesisir pisang rebus Sungai Lasi, kita harus pergi ke daerah Silungkang di pinggir Sungai Lasi. Harga per sisirnya terbilang murah, hanya Rp. 3500.
PISANG SAPIK
Di Pasar Atas, kalau sekadar penganjal perut, kita bisa cicipi Pisang Sapik. Selintas namanya unik, tapi ini hanyalah nama untuk menyebut pisang bakar yang ditekan sehingga pipih. Pisang yang dipergunakan untuk Pisang Sapik ini adalah pisang kepok.
Harga satu porsinya berkisar Rp. 500 sampai Rp. 700 per pisang tergantung besar kecilnya. Sebagai pelengkap jajan pasar ini, pisang yang sudah dibakar dan dipipihkan diberi taburan unti. Lalu disajikan bersama sirup gula merah. Dalam satu hari, rata-rata penjual Pisang Sapik di Pasar Atas bisa menjual 500 buah pisang.
PASAR TRADISIONAL
Kalau kita berkunjung ke Bukittinggi jangan lupa mengunjungi pasar tradisionalnya karena tersedia barang-barang suvenir dan makanan kering untuk oleh-oleh. Biasanya yang dijual adalah berbagai jenis kerupuk mentah. Ada yang terbuat dari singkong, mlinjo, atau kulit sapi yang dikenal juga sebagai kerupuk Jangek. Ada pula dodol, lemang, dan berbagai jajanan tradisional seperti Pisang Sapik, Bika, hingga Sate Padang.
Dalam pasar tersebut, kita juga bisa menemukan penjual bumbu-bumbu khusus untuk masakan khas Padang, seperti rendang atau kalio. Bahkan tersedia juga rempah-rempah yang dipergunakan untuk memasak.sdp@Urip Santoso, Yurnaldi, foto-foto: Rynol Sarmon, Yurnaldi

Dicopy dari www.sedap-sekejap.com Sujiwo.

Posted by imelda :: 4:00 PM :: 0 comments

Post / Read Comments

---------------oOo---------------