BoGaRiA
Tuesday, May 02, 2006
Jalan-jalan ke Solo
NASI TUMPANG
Makanan khas Solo ini sekarang makin sukar ditemui. Sesuai namanya nasi ini terdiri dari nasi putih yang ditumpangi aneka sayuran rebus seperti bayam, taoge, dan kacang panjang lalu disiram dengan kuah kental. Kuah kental ini dibuat dari campuran santan dan tempe semangit yang dihaluskan. Sajian khas Solo ini paling enak dinikmati untuk sarapan. Maka, penjual nasi tumpang di pasar-pasar tradisional ada pada pagi hari saja.
Selain ditemukan di pasar tradisional, penjual nasi tumpang banyak terdapat di sekitar Lapangan Manahan. Apalagi di hari Minggu saat banyak orang berolahraga pagi, jajanan Nasi Tumpang dijadikan salah satu pilihan sarapan. Selain dinikmati dengan nasi putih, sayur tumpang sama enaknya kalau disiramkan di atas bubur nasi yang masih panas. Nah, yang ini namanya menjadi Bubur Tumpang.
SOTO GADING
Walau bukan makanan khas Solo, tapi banyak warung soto yang dikenal enak oleh warga Solo. Selain soto ayam, ada pula soto sapi. Salah satu warung soto yang terkenal adalah Soto Gading yang terletak di Jl. Gading. Soto disajikan langsung bersama nasi putih dalam satu mangkuk
Kalau soto tak cukup, Anda dapat menambahkan salah satu lauk pauk yang disajikan tersendiri. Misalnya, tempe goreng kering, bakwan, tahu goreng, sosis solo atau garang asem.
Biarpun pengunjungnya sangat banyak, tapi kita tidak akan dibiarkan menunggu pesanan terlalu lama. Pelayannya gesit-gesit, lo. Setiap pesanan selalu disertai teriakan dalam bahasa Jawa halus.
ANEKA SATE
Seperti halnya soto, hidangan sate bukan makanan khas Solo. Tapi ada beberapa sate enak yang pantang kita mampiri saat ke Solo. Salah satunya sate jerohan Yu Rebi di daerah Penumping. Kecuali jeroan komplet seperti paru, limpa, hati, iso, torpedo, ginjal, babat, iso, dan kikil, tersedia juga daging sapi.
Bagi orang yang mengidap penyakit darah tinggi, tak usah menghindar warung ini. Karena di warung milik Ibu Rebi ini juga disediakan sate tempe gembus. Bumbu perendam tempe sama dengan rendaman bahan jeroan. Demikian juga bumbu untuk menyantapnya.
"Tadinya Ibu saya, Bu Rebi, hanya berjualan keliling kampung. Lama-lama capek juga keliling. Jadi, Ibu memutuskan berjualan menetap di wilayah Penumping sini," jelas Wijianto, putra Ibu Rebi. Dalam sehari warung sate ini mampu menghabiskan 30 sampai 50 kg daging dan jeroan. Tak heran, karena pelanggannya bukan berasal dari Solo saja, melainkan dari kota-kota sekitar Solo. "Apalagi kalau masa liburan. Tamu akan lebih banyak dari Jakarta," terang Wiji.
Satu lagi warung sate yang sangat disukai orang Solo, yaitu Sate Tambaksegaran. Letaknya di Jl. Sutan Syahrir No. 39. Menu sate yang terkenal dari Sate Tambaksegaran adalah Sate Buntel. Sate yang berbahan baku daging kambing ini, tidak disajikan dalam bentuk potongan dadu seperti yang biasa kita kenal. Sate ini berupa cacahan daging kambing yang dibuntel atau dibalut dengan lembaran lemak daging kambing, lalu dibakar di atas bara arang.
Bumbu penyertanya adalah kecap manis dengan potongan tomat dan kol. Kalau suka pedas, tinggal tambahkan cabai ulek. Dinikmati bersama acar ketimun lebih sedap lagi.
"Kalau soal sate buntel, orang memang kenalnya kami. Bisa dikatakan kalau kami adalah pembuat pertama Sate Buntel," jelas Ny. Dewi, putri pemilik Sate Tambaksegaran. Warung sate ini sudah ada sejak tahun 1948, dahulu dikelola oleh Ny. Lim Hwa Youe. "Karena kesehatannya kurang baik, sekarang pengelolaannya dilakukan oleh kami berdua," kata Ny. Budianto.
Tiap harinya Sate Tambaksegaran selalu menyediakan daging kambing di luar tulang-tulang untuk sop sebanyak 40 sampai 50 kg per hari. Selain menyediakan sate, ada pula gulai, sop, atau tongseng. Selain Sate Buntel, cicipi juga gulai sumsumnya. Betapa nikmat menghirup kuah gulai sembari menyedot sumsum dari tulang.
TENGKLENG
Kalau main ke kota Solo, jangan lupa cicipi tengkleng asli Solo. Soalnya masakan dari tulang dan kepala kambing ini menjadi kebanggaan Solo seperti halnya nasi liwet. Kenikmatan makan Tengkleng terasa saat kita menggerogoti daging dari tulangnya atu mengisap-isap isi sumsum tulang. Sajian tengkleng serupa gulai kambing. Bedanya, yang dijual bukan potongan daging, melainkan potongan tulang kaki atau kepala kambing. Kuah gulai kambing juga cukup pekat dengan santan yang kental sedangkan kuah Tengkleng tidak sepekat gulai kambing. Sebagai pelengkap biasanya disediakan jeroan dan otak, tetapi di jual dengan harga lebih mahal. Antara kuah dan isi biasanya ditata berbeda tempat. Pembeli bisa memilih potongan kaki atau kepala kambing sesuai selera. Harganya juga terjangkau, rata-rata 1 porsi berkisar Rp. 3000-an.
Walaupun banyak warung tengkleng di kota Solo, Warung Tengkleng Barokah di Lapangan Manahan lebih sering dikunjungi orang. Tengkleng Barokah hanya berjualan tiap hari Minggu. Nah, kalau tidak ingin kehabisan, jangan datang lewat jam 7 pagi. Di luar hari Minggu, Anda bisa makan tengkleng di daerah Laweyan, tepatnya di Pasar Jongke pusat oleh-oleh khas Solo. Warung tengkleng di Pasar Jongke juga sangat terkenal.
MI TOPRAK
Mi toprak salah satu makanan khas Solo. Jajanan enak ini banyak ditemui di pelosok kota Bengawan ini. Tapi jangan bilang sudah mencicipi Mi Toprak kalau belum mampir ke Warung Toprak Kartopuran di Jl. Kartopuran. Pengelolanya saat ini adalah Mbak Yuyun, cucu dari Mbah Karto, pemilik pertama Mi Toprak ini.
Jam 11 siang warung Mi Toprak ini baru melayani pembeli. Biar begitu setengah jam sebelumnya pembeli sudah mulai antre. "Mi Toprak Kartopuran rasanya lain. Tetelannya banyak, tapi rasanya tetap segar," komentar seorang calon pembeli.
Komposisi Mi Toprak terdiri dari mi kuning, potongan kol tahu goreng, telur, tempe goreng, dan sosis solo. Lalu disiram dengan kuah kaldu dan irisan tetelan daging sapi, serta taburan bawang goreng plus seledri. Untuk pelengkap, kita bisa menambah karak (kerupuk nasi). Rasanya pas dimakan di waktu brunch karena tidak terlalu mengenyangkan, tapi cukup mengganjal perut sambil menunggu makan siang. Harganya juga cukup murah, lo. Hanya Rp. 3.000.
"Sebelum krisis (krisis ekonomi, Red.) sehari kami bisa menghabiskan lebih 9 kg mi kuning. Kalau sekarang paling banter hanya 5 kg saja. Itu pun cuma di hari liburan sekolah, Sabtu, atau Minggu," terang Mbak Yuyun yang baru mengelola Mi Toprak ini selama 2 tahun terakhir.
NASI LIWET
Nah, ini dia salah satu makanan khas Solo. Biasanya ada menjelang malam hari. Kebanyakan warung yang ada tidak menyediakan tempat duduk. Para pengunjung dipersilakan duduk lesehan. Salah satu Nasi Liwet yang terkenal adalah Nasi Liwet Ibu Wongso, di daerah Keprabon, Jl. Teuku Umar. "Warung ini sudah ada sejak tahun 1963. Turun-temurun dari nenek dan ibu saya, Bu Wongso. Baru 7 tahun belakangan saya yang mengelola," ujar Bu Cipto sambil melayani pembeli.
Setiap malamnya, Bu Cipto bisa menghabiskan 15 liter beras, 8 ekor ayam untuk opor, dan 50 - 100 butir telur. "Kalau sedang ramai paling banyak hanya menambah 2 liter beras saja," sambungnya.
Nasi liwet yang dijual seporsi Rp. 7.000 ini memang banyak penggemarnya, terutama dari luar kota. Yang disebut nasi liwet adalah nasi gurih yang diguyur dengan sayur labu siam. Untuk lauknya, pindang telur ayam serta suwiran daging ayam opor dan areh. Disajikan diatas pincuk (piring dari daun pisang, Red.), sedangkan sendoknya ya sendok stainless steel biasa. Jangan salah lo, satu porsi nasi liwet ini ukurannya tidak terlalu banyak. Porsi nasinya sekitar 6-8 sendok makan saja. Tak heran, kalau sudah merasa cocok dengan rasa dan suasananya, bisa-bisa kita minta tambah dan tambah.
WEDANG DONGO
Sambil menikmati gurihnya nasi liwet, Anda bisa minum wedang dongo. Minuman hangat beraroma jahe ini serupa dengan wedang ronde. Isinya terdiri dari bulatan ketan dengan isi kacang tumbuk dan irisan kolang-kaling. Setelah diguyur dengan air jahe manis, wedang dongo tidak ditaburi kacang tanah yang disangrai.
Di samping Nasi Liwet Ibu Wongso, masih di wilayah Keprabon, ada warung khusus yang menjual wedang dongo ini. "Orang-orang bisa menyebut dengan wedang ronde. Tapi orang Solo lenih senang menyebutnya dengan wedang dongo. Saya sendiri kurang tahu kenapa diberi nama dongo," kekeh Bayu Priyono, sang penjual.
Nama warungnya adalah Warung Klengkeng. Karena di siang hari warung ini digunakan untuk menjual Es Klengkeng. "Kalau musim panas, laku sekali. Tapi tetap saja lebih terkenal wedang dongonya," jelasnya. Untuk wedang, tiap malam, Bayu harus menyediakan 50 kilo kacang putih.
Terutama di musim liburan. Waktu masa kurang aman seperti tahun-tahun lalu, penjualan bisa turun 40 persen lebih. Tahun ini sudah mulai bergerak normal," terang Bayu.
DAWET
Menikmati Dawet di cuaca panas memang enak sekali. Nah, kalau kebetulan sedang mampir ke Pasar Gede Solo (sekarang pindah di samping Gladak, karena pasar lama sedang direnovasi dari musibah kebakaran, Red.), jangan lupa cicipi Dawet asal Solo. Dawet atau cendol dari Solo ini terbuat dari pati aren, atau disebut pula sebagai onggok. Air dawetnya pun berwarna putih bukan kecokelatan karena guyuran sirup gula kelapa.
Isi dawetnya selain cendol, biasanya diberi selasih dan pacar cina. Sebagai pemanisnya, sirup gula kelapa. Untuk mendapatkan kesegaran Dawet tadi, kita hanya perlu merogoh kantong sebanyak Rp. 1000 rupiah saja.
GEMPOL PLERET
Minuman segar ini sekarang sudah mulai susah dijumpai. Hanya di tempat-tempat tertentu . gempol pleret yang manis-manis gurih ini baru bisa ditemui. Salah satunya, di depan Toko Abon Varia, di kawasan Coyudan. Gempol pleret terdiri dari bulatan-bulatan tepung beras seukuran ibu jari orang dewasa. Bulatan ini lantas diguyur dengan kuah santan, dan dikucuri gula kelapa cair. Rasanya? Wah, sedap sekali, apalagi dinikmati di pinggir jalan sambil berdiri.
SERABI NOTOSUMAN
Pergi jalan-jalan ke Solo, jangan lupa mencicipi serabi. Bedanya dengan serabi yang sudah kita kenal, serabi khas Solo tidak dimakan bersama saus santan manis. Tetapi rasanya memang sudah manis. Salah satu penjual serabi ternama di kota Solo adalah Serabi Notosuman. Letaknya di Jl. Mr. Moh. Yamin.
Awalnya di tahun 1920-an, pasangan Hoo Gieng Hok 1920-an memulai usaha serabi di Notosuman. Usaha ini ternyata berkembang, sampai-sampai bisa diwariskan kepada anak cucu. Makin terkenal lagi pada masa Ibu Margo Utomo. Karena serabinya yang kondang itu, beliau pernah di-booking oleh Bung Karno. Ibu Margo Utomo tidak boleh menjual serabinya selama sehari ke masyarakat. Dari membuat biangnya pertama jam 9 pagi sampai membuat serabi terakhir dijaga terus oleh tentara.
Saat ini usaha keluarga diteruskan oleh putra-putri Ibu Margo Utomo. Di Solo sendiri terdapat dua toko Serabi Notosuman. Keduanya dikelola oleh dua orang putri Ibu Margo, yaitu Ny. Handayani dan adiknya, Ny. Lidya. "Kedua toko ini saling mendukung, kok, tidak saling bersaingan," ujar Lidya kepada Sedap Sekejap. "Soalnya kalau salah satu dari toko kita bahannya habis, kita bisa back up. Hingga nyaris tak ada sisa adonan," lanjutnya lagi.
Serabi favorit kota Solo ini dalam sehari di satu toko bisa menghabiskan 20 kg beras. "Belum lagi kalau ada tambahan pesanan. Bisa lebih dari itu. Di hari libur, Sabtu, atau Minggu pesanan juga banyak," ujar Lidya sambil tersenyum. Tak heran kalau ingin mendapat serabi, kita memang harus pagi-pagi sekali datang memesan. Terlambat sedikit, bisa-bisa gagal membawa serabi. "Sebenarnya kita mulai siapkan bahan dari pukul 2 dini hari. Ke toko sekitar jam 2.30. Tapi herannya ada saja yang datang jam segitu, lo," kata Lidya.
Kalau sedang banyak pesanan, bisa saja kita yang datang pukul 5.00 baru bisa dilayani pukul 7.00. Di hari biasa memang kita bisa datang sedikit lebih siang, tetapi tetap tidak bisa lebih dari pukul 10.00.
Biarpun ada 2 toko, tapi pengaduk adonannya cuma satu, lo! "Kita masih satu resep. Bahan-bahannya sama. Cuma tempat jualannya saja beda. Begitu juga yang di Yogya. Biarpun pengaduknya beda, tapi bahan dan resep masih sama. Jadi dari segi rasa tak ada perbedaan."
OLEH-OLEH KHAS SOLO
Tidak perlu bingung memilih buah tangan bila datang dari Solo. Di kota ini tersedia segudang pilihan. Dari toko kue modern macam Toko Orion tersedia kue dan roti. Salah satunya yang terkenal adalah sus kering dan lapis Surabaya. Tempatnya di Jl. Urip Sumoharjo.
Sementara di Pasar Klewer, pusat batik Solo, kita bisa menjumpai berbagai penganan khas Solo. Dari ampyang kacang, sampai intip goreng. Yang paling unik adalah intip goreng, karena bahan bakunya dari kerak nasi yang dijemur, lalu digoreng baru dikucuri gula kelapa cair.
Tempat yang lain adalah Pasar Jongke. Kalau ke tempat ini terlalu jauh, pilihan lainnya adalah Jl. Coyudan. Di sana ada sebuah toko oleh-oleh yang terkenal, Toko Varia. Di samping menjual berbagai oleh-oleh, kue basah tradisionalnya seperti sosis Solo dan Semar Mendhem dikenal enak. Selain itu Toko Varia kondang dengan abonnya. Jenisnya pun bermacam-macam ada ayam dan sapi, dengan rasa manis atau pedas.
Bagi yang suka berkunjung ke pasar tradisional, jangan lupa mampir ke Pasar Gede. Sayang sekali Pasar Gede lama habis terbakar. Walaupun pindah sementara, tapi masih ada oleh-oleh khas yang dijual di sana. Salah satunya jeruk Tawangmangu. Di Pasar Gede ada pula penjual karak (kerupuk nasi) mentah. Pas sekali untuk oleh-oleh. Kalau ingin memberi oleh-oleh yang bisa langsung dinikmati, kita bisa pilih usus goreng atau kulit ayam goreng. Jangan salah, lo, gorengan usus dan kulit ini sangat kering dan renyah. Jadi pasti awet dan cocok untuk oleh-oleh.
TIMLO
Makanan satu ini jangan tidak diicipi. Rasanya belumlah sampai Solo kalau belum mencoba yang namanya Timlo ini. Sajian yang berupa potongan hati dan ampla ayam ditambah irisan sosis Solo dan telur pindang manis disiram kuah kaldu bening yang segar ini memang banyak ditemukan. Tapi yang paling banyak penggemarnya adalah Timlo Solo di Jl. Urip Sumoharjo dan satu warung Timlo Sastro di belakang Pasar Gede lama,tepatnya di daerah Ketandan. Biasanya Timlo dinikmati bersama nasi putih yang ditaburi bawang goreng.
Untuk warung Timlo Jl. Ketandan, kita hanya bisa mendapatkannya selama pagi hingga siang hari saja. Sedangkan untuk Timlo Solo Jl. Urip Sumoharjo bisa dinikmati kapan saja. Uniknya, penjual Timlo Sastro, dalam menghitung makanan yang kita santap tidak mempergunakan kertas nota seperti yang kita kenal. Kita hanya menyebutkan makanan dan minuman yang kita santap, lalu sang penjual menghitung dengan sabak (serupa papan tulis kecil, Red.).
sdp@Rika Eridani, foto-foto: Rika
Sujiwo >> dicopy dari sedap-sekejap.com
Posted by imelda ::
3:48 PM ::
0 comments
Post / Read Comments
---------------oOo---------------