BoGaRiA
Friday, May 12, 2006 Jalan-jalan ke Pamekasan

Meski sama-sama di Madura, jajanan di Pamekasan tidak sama benar dengan jajanan di Sumenep. Bisa jadi beberapa namanya mirip. Toh, ada saja perbedaannya sekalipun tidak banyak. Nah, kalau Anda mengunjungi kota ini, jangan sangsi mendatangi tempat-tempat yang kami ulas berikut ini.

WARUNG KALDU PINTU GERBANG

Kaldu salah satu makanan favorit penduduk Madura. Terdapat dua macam kaldu di Madura, kaldu sumenep dan kaldu pamekasan. Jika di Sumenep, kaldu berbentuk cream sup, di Pamekasan lain lagi. Sama-sama sup, tetapi kacang hijaunya tidak hancur. Bagi orang Sumenep kaldu sejenis ini malah disebut campur, sejenis soto.

Di dalam kaldu tadi, orang Pamekasan menam­bahkan irisan kikil atau kokot (kaki sapi yang paling bawah). Hidangan ini disajikan dalam piring bersama irisan lontong.

Khusus untuk kaldu kokot, Anda dapat memilih jenis yang bertulang tetapi masih ada kikilnya atau yang sama sekali tanpa kikil. Nyatanya orang yang senang menikmati kokot lebih banyak jumlahnya. Menurut mereka, menyantap sepatu sapi yang berwarna hitam tersebut terasa mengasyikkan.

Sementara mereka yang jatuh hati pada kikil, memilih hidangan ini karena dapat menyedot tulang yang bersumsum.

Warung kaldu Pintu Gerbang merupakan warung yang sangat dikenal di Pamekasan. Awalnya, warung ini didirikan Ny. Sitiyah (75), 37 tahun yang lalu. Saat ini, warung ini dikelola oleh Ny. Hanna anaknya dan dibantu oleh Fatimahtus Zarah (35), cucunya. Saat awal berdiri, warung ini bernama warung Anda dan terletak di kantor pengadilan. Setelah sempat berpindah-pindah, sejak tahun 1990, warung kaldu ini pindah ke Jl. Pintu Gerbang 46. Sejak itu pula, nama warung ini berubah menjadi Warung Kaldu Pintu Gerbang.

"Meskipun berpindah-pindah, pelanggan kami tetap setia. Karena sebelum pindah, kami pasti sudah memberi tahu para pelanggan, alamat tempat yang baru," jelas Fatimahtus.

Anda sudah dapat menikmati satu porsi kaldu dengan harga Rp 3.500 untuk kaldu biasa dan Rp 6 ribu untuk kaldu kokot. Warung kaldu ini bisa Anda kunjungi tiap hari sejak pukul 05.00 hingga pukul 21.00. Sayangnya, saat puasa dan Lebaran, warung ini tutup.

"Saat itu, kami menjalankan ibadah bersama keluarga. Selain itu 5 karyawan saya pun pulang kampung," jelas guru SD ini.

Selain berjualan kaldu, warung ini juga menyiapkan menu-menu lainnya seperti bakso, gule, soto ayam, nasi campur, nasi rames, dan nasi pecel. Tetapi, tetap saja warung ini lebih dikenal dengan kaldunya. Untuk memenuhi permintaan pembeli, tiap hari, mereka harus menyediakan 20 kilogram beras untuk nasi dan lontong, 2 kilogram kacang hijau, dan 30 kaki sapi. Angka ini akan meningkat, saat musim tembakau, yaitu bulan Agustus hingga Oktober.


KERUPUK TANGGUG

Kerupuk tanggug hanya bisa didapatkan di Pamekasan. Tanggug dalam bahasa Indonesia berarti caping (topi petani). Wajar juga dinamakan seperti itu. Kerupuk ini relatif sangat besar. Ukurannya 50 x 35 cm, tetapi ini sebelum digoreng, lo! Setelah digoreng kerupuk akan mekar jadi dua kali lipat. Karena besarnya, para penduduk menggunakan kerupuk ini untuk menupi kepala dari sengatan matahari.

Untuk menggoreng kerupuk ini, diperlukan wajan berukuran ekstra besar dan memerlukan 10 kilogram minyak goreng yang harus benar-benar panas.

Begitu besar hingga kerupuk tak bakal habis dimakan sekaligus. Sisanya bisa dijemur kembali supaya tetap renyah.
Salah satu penghasil kerupuk tanggug di Pamekasan adalah Ny. Djuhariah (40). Usaha ini sudah berjalan sejak tahun 1930. Sampai saat ini pun resep yang digunakan masih sama. Tetapi, sayangnya pembuatan kerupuk masih sangat tergantung musim. Jika musim hujan, pembuatan kerupuk tanggug tidak bisa dilakukan tiap hari. Karena matahari jarang muncul sehingga kerupuk susah kering.

Rata-rata tiap hari mereka membuat kerupuk dari 25 kilogram tepung kanji. Hasilnya 50 buah kerupuk tanggug. Usaha yang beralamatkan di Jl. Gatot Kaca ini, memasarkan produksinya di Pasar 17 Agustus, Pamekasan.

Anda dapat memperoleh kerupuk tanggug dengan harga relatif murah. Kerupuk tanggug dengan ukuran biasa dijual Rp 3 ribu. Sedangkan ukuran yang lebih besar, dijual dengan harga Rp 4 ribu. Ukuran biasa setelah digoreng menjadi 1 m x 0,7 cm sedangkan yang besar ukurannya bisa 1,25 m x 1 m.

SATE LALAT PAK ENTO
Berminat sate? Di Pamekasan, ada sate terkenal yaitu sate lalat. Dinamakan demikian karena irisan dagingnya benar-benar kecil seukuran lalat. Daging yang digunakan daging ayam atau daging kambing.

Sate ini bisa Anda peroleh antara lain di warung sate lalat milik Pak Ento. Lokasinya di Jl. Niaga. Usaha ini dimulai 35 tahun lalu. Hanya saja, saat itu Ento berjualan secara berkeliling. Setelah 20 tahun, ia mendirikan warung tenda di Jl Niaga. Kini usaha sate lalatnya diteruskan oleh Hedi (31), anak Ento. "Saya sudah meneruskan usaha ini sejak tahun 1996," kata Hedi.

Sate lalat diciptakan sendiri oleh Ento. "Ukurannya sengaja kecil-kecil karena lebih mudah kering," kenang Hedi. Karena bentuknya yang kecil-kecil, sate lalat tiap porsi terdiri dari 25 tusuk sate.

Menurut para pelanggannya, yang menjadikan sate lalat Ento terkenal karena bumbunya enak. Saus kacangnya pun banyak sehingga benar-benar terasa.

Setiap hari Hedi membuat 3750 tusuk sate ayam dan kambing. Tetapi saat panen tembakau kebutuhan sate naik dua kali lipat.

Untuk menemani sate, disediakan lon­tong. Satu piring sate berikut lontong dijual dengan harga Rp 4 ribu. Dengan me­masang harga seperti itu, Hedi bisa mengontongi untung Rp 100 ribu setiap hari.

KERIPIK TETE
Keripik tete terbuat dari singkong kukus yang ditete (ditumbuk). Karena itulah namanya kripik tete. Keripik ini ada dua bentuk, bentuk bundar dan lonjong memanjang. Selain bentuknya, juga dibedakan antara singkong putih dan singkong kuning.

Keripik khas Pamekasan ini banyak diproduksi di Desa Blumbungan. Hampir di setiap rumah penduduk desa ini, tampak keripik-keripik tete yang sedang dijemur. Ny. Suriyah (65) tak ketinggalan. Bahkan ia telah membuat kripik tete sejak 45 tahun lalu. Belajar dari orang tuanya, wanita berbadan kecil ini, menjadikan usaha pembuatan keripik tete sebagai penghasilan tambahan di luar aktivitasnya sehari-hari sebagai petani. Setiap hari, Suriyah sendirian menumbuk singkong kukus. Singkong tersebut harus ditumbuk dengan batu kali yang sangat berat. "Supaya jadinya cepat," jelas wanita lima anak ini.

Untuk 4 hari ia memerlukan 1 karung singkong (50 kilogram). Dari satu karung singkong tersebut, biasanya dihasilkan 30 ikat keripik. Tiap ikatnya terdiri dari 100 keripik. Harga per ikat Rp 2 ribu.

Keripik ini dipasarkan di Pasar Blumbungan atau Pasar Kota. "Tetapi kadang ada juga pedagang yang membeli keripik langsung di sini," jelas Suriyah.

Keripik dijual dalam bentuk mentah. Para pembeli harus menggoreng sendiri di rumah. Rasanya yang gurih dan renyah, menyebabkan banyak sekali penggemar keripik tete. Selain digunakan sebagai campuran rujak cingur, keripik ini biasa dijadikan kudapan, dimakan begitu saja setelah digoreng atau dicocol dengan sambal kacang yang dibuat dari campuran kacang, petis, dan cabai.

TOKO CAMILAN MADURA
Oleh-oleh khas Madura bisa didapat di toko Camilan Madura, Jl. Stadion. Di toko yang didirikan oleh Ny. Titik (33), 3 tahun yang lalu ini, disediakan berbagai macam penganan khas Madura seperti, keripik tripang (sejenis ulat laut), lorju, keripik tete, oto, rengginang lorju, kacang goreng dengan lorju, dan marning jagung Madura.

Tripang adalah penganan yang paling diminati. Harganya, Rp 65 ribu per kilogram. Juga lorju (sejenis ikan laut). Padahal harganya per kilogramnya Rp 175 ribu.

Selain digoreng biasa, lorju juga bisa digunakan untuk campuran kudapan lain. Seperti rengginang dan kacang goreng. Jika rengginang biasa dapat diperoleh dengan harga Rp 6 ribu per bungkusnya (isi lima puluh buah), maka rengginang dengan lorju harganya menjadi Rp 11.500 per bungkusnya. Sedangkan kacang goreng dengan lorju' dapat Anda peroleh dengan harga Rp 40 ribu per kilogram.

Keripik tete yang dijual di sini sudah matang. Maka harganya pun menjadi Rp 2.500 per bungkus dengan isi 25 keping keripik.

Ada juga kudapan dengan nama oto. Kudapan ini, dibuat dari isi kacang panjang yang kemudian digoreng dengan bumbu, hingga rasanya pedas manis. Oto dapat Anda peroleh dengan harga Rp 8 ribu per kilogram.

Ada jenis kudapan lain yang tidak kalah mahal dan dipilih sebagai oleh-oleh. Keripik paru sapi, misalnya. Anda bisa memperoleh keripik ini dengan harga Rp 140 ribu per kilogram. Selain itu juga ada berbagai ikan asin dan ikan tawar kering. Untuk jenis ini, harganya cukup murah, mulai Rp 2.500 hingga Rp 3.300.

Toko ini buka pukul 07.30 hingga pukul 12.00. Baru sorenya buka lagi pada pukul 16.30 hingga pukul 21.00. Tetapi toko ini tutup hari Raya Idul Fitri.

SATE & GULE KAMBING MADURA
Bagi Anda penggemar sate, Pamekasan bisa jadi tempat favorit Anda. Di malam hari banyak penjual sate di sana. Misalnya, rombang sate Marfuah yang terletak di Jl. Niaga, Sate dan gule kambing dagangan Marfuah (32) ini cukup mudah ditemukan yakni rombong kedua sebelah kiri kalau kita datang dari arah J. Trunojoyo.

Marfuah bersama sang adik memulai usahanya sejak 10 tahun lalu. Tetapi sejak 6 tahun lalu, sang suami, Mu'min (31) ikut berjualan.

Sate Marfuah bisa dinikmati dari pukul setengah lima sore hingga menjelang subuh. "Tetapi, kalau tengah malam sudah habis, kami pulang," ibu seorang putri ini.

Marfuah sengaja memilih daging kualitas bagus. Sehingga sate kambingnya terasa empuk. Tidak lupa, dalam satu tusuk, diselipkan satu iris gajih kambing. Karena gajih kambing itulah yang akan memberi rasa dan aroma yang lebih tajam. Seperti kebanyakan sate Madura lainnya, sate ini juga menggunakan saus kacang dan kecap. Tentu dengan taburan bawang goreng untuk penyedap.

Gule kambing Marfuah juga tidak mengecewakan. Setidaknya begitulah kata sang pemilik. Begitu lezatnya olah gule suami istri ini sampai-sampai, "Pembeli saya dari segala golongan," kata Mu'min bangga.

Tiap hari, mereka menyiapkan 400 tusuk sate dan 3 kilogram daging kambing untuk gule. Harga yang ditawarkan Rp 3 ribu untuk 10 tusuk sate dan Rp 4 ribu untuk satu piring gule kambing. Sementara sepiring nasi, dijual Mu'min Rp 1.500.

SOTO AYAM MADURA
Jika Anda ke Pamekasan, kunjungi Depot soto SMA, yang berada di Jl. Raya Keppo yang didirikan Ny. Hj. Nurul Qomariah (45) tahun 1986. Soto ayam yang ditawarkan ada dua macam, soto ayam biasa dan soto ayam dengan tambahan hati ayam.

Pengelolanya kini Ny. Ida Sulastri (30), adik ipar Hj. Nurul. Depot ini buka mulai pukul 06.00 hingga tengah malam. Dalam satu harinya, mereka minimal menjual 100 mangkuk soto ayam. Angka ini akan meningkat pada hari Minggu. "Wah, Minggu, sih, kami bisa jual lebih dari 150 mangkok," kata Ida.

Ciri khas soto ayam ini, masih menggunakan ayam kampung karena itu rasanya enak. "Kami sengaja menggunakan ayam kampung. Walaupun harganya mahal, tetapi dagingnya lebih enak dan gurih," papar Ida.

Jumlah karyawan warung ini 6 orang. Lima orang bekerja dari pukul 06.00 hingga pukul 17.00. Setelah itu digantikan oleh seorang karyawan lainnya. Walaupun begitu Anda tak akan lama mengantre. "Karena karyawan di depot ini dijamin sudah terampil dan lincah."

NASI JAGUNG

Madura identik dengan makanan yang satu ini. Walaupun begitu, mendapatkan nasi jagung sama sekali tidak mudah. Karena penjual nasi jagung sudah mulai langka. Kalau Anda jalan-jalan ke pasar di pagi hari kadang ada juga satu atau dua nasi jagung, Misalnya, pasar Gurem yang terletak di Jl. Peja. Mereka mulai berjualan pada pukul 07.00 dan sudah habis pada pukul 08.00.

Ny. Hana (48), adalah salah satu penjual nasi jagung. Ia mulai berjualan sejak tahun 1985. Nasi jagung disajikan di atas daun pisang. "Rasanya jadi semakin enak. Lagi pula, repot jika saya harus membawa piring," jelas Ibu dua anak ini.

Penjual nasi jagung memang sering merasa kerepotan jika harus membawa piring karena mereka berjualan tanpa kios. Untuk membawa nasi jagung pun masih menggunakan bakul. Nasi jagung ini merupakan campuran dari beras jagung ditambahkan sedikit beras putih. Nasi jagung disajikan dengan pepes tongkol, urap-urap dengan sayur taoge dan kacang panjang, sayur lodeh, juga tidak ketinggalan tempe bumbu bali.

Satu bungkus nasi jagung, sudah bisa Anda peroleh dengan harga Rp 1.500. Tetapi, jangan lupa persediaannya terbatas sekali. Dalam satu hari Hana dan juga penjual nasi jagung di Pasar Gurem hanya membawa nasi sebakul, yaitu 5 kilogram beras jagung. Itu sebabnya pada pukul 08.00, biasanya mereka sudah kehabisan nasi jagung dan bersiap-siap pulang.

"Saya takut kalau bawa lebih, nanti nasi jagung saya tidak habis. Bawa sedikit saja tidak apa-apa, asal tiap hari laku. Kalau bawa banyak dan habisnya lama, takut keburu dingin. Kalau sudah dingin, kan, rasanya tidak seenak waktu hangat," jelas wanita berbadan kecil ini.

di copy paste dari www.sedap-sekejap.com

Posted by imelda :: 6:23 PM :: 1 comments

Post / Read Comments

---------------oOo---------------